LUWU TIMUR,Timuronline – Dengan penuh kekecewaan, Sangkala menceritakan kronologis dari awal pemeriksaan hingga Nayla Fasya Ramadhani dinyatakan meninggal dunia
Kepada awak media, Selasa (16/09/2025) Sangkala yang merupakan paman dari Nayla Fasya Ramadhani mengungkapkan awalnya ponakannya tersebut di rawat di Puskesmas Malili, Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur selama empat hari namun tidak ada perubahan.
Akhirnya keluarga berencana merujuk Nayla ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) I Lagaligo, Kecamatam Wotu pada Sabtu (13/09/2025) sore sembari keluarga berharap penanganan yang lebih baik lagi.

Namun beberapa jam setelah dicek, tidak ada konfirmasi balik dari RSUD I Lagaligo untuk menerima pasien rujukan
” Saya sempat marah kepada dokter di Puskesmas Malili karena ternyata mereka belum membuatkan surat rujukan. Nanti pukul sembilan malam, ponakan kami baru di rujuk,” kata Sangkala
Setelah dirawat di RSUD I Lagaligo selama sehari, kondisi pasien belum ada perubahan
” Hari Senin (15/09/2025) pagi, muncul bintik-bintik hitam disekujur tubuh ponakan kami disertai deman tinggi. Oleh petugas medis, pasien kerap disuntikkan sesuatu cairan ke dalam infus pasien. Disitu kami heran, karena sepengetahuan kami, kalau ada orang terkena bintik-bintik hitam atau kami biasa menyebutnya “sarampa”, itu tidak bisa disuntikkan cairan atau apapun jenisnya,” Lanjut Sangkala meneruskan cerita ibunda pasien
” Sore harinya setelah sholat ashar, pasien kembali disuntik. Tak lama setelah itu, ponakan kami, kejang-kejang dan sesak nafas. Bukan hanya itu, bagian paha hingga kaki pasien kaku,” Ujarnya
Setelah mengetahui informasi itu, Sangkala langsung menuju RSUD I Lagaligo Wotu untuk mengecek langsung kondisi ponakannya tersebut. Sesampaianya di rumah sakit, Sangkala heran, kenapa ponakannya mendapat perawatan seperti itu, bahkan dia diisolasi di ruang yang sempit, tidak punya toilet dan sangat tidak layak
” Pasien bahkan sempat mengungkapkan kalau dirinya tidak nyaman ditempatkan di ruangan yang seperti itu. Dokter mengatakan kepada saya, bahwa pasien terkena virus, namun saya tidak mengerti virus apa itu sehingga ponakan kami mendapatkan perawatan medis yang sangat tidak masuk akal. Saya sempat bermohon agar ponakan kami dipindahkan ke ruangan lainnya, namun petugas tetap menolaknya dengan berbagai alasan,” Ungkap Sangkala
” Kondisi pasien tetap kejang-kejang dan bahkan muntah dengan mengeluarkan busa pada mulutnya. Pada pukul 19.00 Wita, pasien akhirnya meninggal dunia. Saya lantas meminta rekam medis, saya minta hasil rontgen ponakan kami namun tidak dikasi lagi-lagi dengan berbagai alasan. Disitu saya menduga ada penanganan yang salah terhadap ponakan kami sehingga menyebabkan kematian,” katanya lagi
Jadi atas kejadian ini, pihak keluarga akan melaporkan hal tersebut ke pihak kepolisian
” Saya sudah koordinasi dengan semua keluarga, kami akan kasuskan masalah ini,” Tegas Sangkala
Buruknya pelayanan di RSUD I Lagaligo bukan baru pertama kali sejak dipimpin dr. Hirfan melainkan sudah beberapa kali terjadi. Bahkan belum lama ini, DPRD Luwu Timur telah memanggil pihak RSUD I Lagaligo. (*)
























