Menu

Mode Gelap
BPBD Gelar Sosialisasi dan FGD IKD untuk Turunkan Indeks Risiko Bencana Lutim Terapkan Praktik Bisnis Berkelanjutan, PT Vale IGP Morowali Raih Penghargaan Indonesia Corporate Sustainability Award 2024 Lautan Manusia di Kampanye Budiman – Akbar, Bukti Masyarakat Inginkan Keberlanjutan CLM Bangun Jogging Track di RTH Beri Ojek Gratis untuk Masyarakat, Komunitas Ojek Sahabat Kebaikan Doakan Budiman-Akbar ‘Oppo’ Pemdes Lewonu Salurkan Bantuan Penanganan dan Pencegahan Stunting

LUWU TIMUR

Ketua DPRD Lutim Bacakan Sejarah Singkat HJL dan HPRL

badge-check


					Ketua DPRD Lutim Bacakan Sejarah Singkat HJL dan HPRL Perbesar

LUWU TIMUR,Timuronline – Ketua DPRD Luwu Timur, Aripin membacakan sejarah singkat tentang Hari Jadi Luwu (HJL) dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL), Selasa (23/01/2024)

Dengan mengenakan Pakaian Adat, dihadapan Pj. Gubernur Sulsel, Bupati se-Tana Luwu, Kolaka Utara dan Kolaka, Ketua DPRD Luwu Timur membacakan sejarah HJL dan HPRL tersebut

Berikut kutipannya :

Berawal dari turunnya seorang raja dari boting langi ke allekawa (bumi) di bukit pensimoni di tepi sungai cerekang, membuka tabir sebuah kerajaan besar di sulawesi selatan, yaitu kerajaan luwu dengan rajanya yang pertama adalah latoge langi (batara guru).
Selama tujuh  hari tujuh malam hidup seorang diri di bukit pensimoni, tanpa sedikit kainpun yang menutupi badannya. Keadaan ini membuat sedih ibunda batara guru yang bernama palingi’e, sehingga mengusulkan kepada  patoto’e, agar menurunkan sebuah istana yang bernama  langkanae bersama dengan dua orang istri dan dayang-dayangnya.
Kemudian dari paratiwi atau buruliu (bumi bawah), dinaikkan seorang istri lagi yang bernama we nyili’ timo, yang merupakan anak bumi bawah  yaitu datu risellang  batara  lattu yang kemudian  menjadi raja luwu yang ke-2.
Sebelum  batara guru kembali ke boting langi, ia terlebih dahulu mengadakan kunjungan ke wilayah pedalaman untuk menyampaikan pesan yang berbunyi  “mesa kada dipatuo pantangkada dipomate” dilanjutkan dengan berkunjung ke pesisir untuk menyampaikan pesan yang berbunyi:
“Mali siparappe rebba sipatokkong”
“malilung sipakainge”
“siwata meiuri tassiwata’no”
Setelah itu batara guru menobatkan putra pertamanya yakni batara lattu menjadi raja sebelum kembali ke boting langi. Batara lattu kemudian menikah dengan we datu sengngeng yang melahirkan anak kembar bernama sawerigading dan we tenriabeng.
Didalam pemerintahannya, batara lattu’ membagi kerajaannya menjadi tiga bagian yang dikenal dengan nama anak tellue, dan memberikan kepada kemenakannya  sebagai pemerintah di sana. Anak tellue tersebut terdiri atas:
1. Makole baebunta, yang diperintah oleh la tammacenning.
2. Maddika bua, yang  diperintah oleh guttu patolo.
3. Maddika ponrang, yang diperintah oleh la pawiseang.
Sedang putra batara guru sendiri yakni sawerigading,  tidak diberi jabatan karena mempunyai kegemaran mengembara keluar wilayah luwu. Saat mengembara ke negeri cina, ia mempersunting putri cina yang bernama we cudai daeng ritompo kemudian melahirkan “ i la galigo “.
Perlawanan rakyat luwu tanggal 23 januari 1946, merupakan titik kulminasi dari serentetan perlawanan rakyat, dalam rangka mempertahankan kemerdekaan republik indonesia tanggal 17 agustus 1946. Peristiwa ini tidak terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi peristiwa ini mengalami proses yang  panjang dan lama, dimana di dalamnya terdapat unsur sosial, politik, budaya, ekonomi, dan lain-lain.
Berita tentang kemerdekaan ri disampaikan oleh orang jepang bernama sagata, kepada salah seorang pemuda luwu, yaitu andi ahmad putra raja luwu andi djemma. Kemudian andi ahmad menyampaikan berita ini kepada enam orang temannya yakni :
1. Andi makkulau opu dg. Parebba
2. M. Yusuf arif
3. Andi tenriadjeng
4. Mungkasa
5. Haji abd. Kadir daud
6. M. Guli dg. Mallimpo
Selanjutnya ke 7 pemuda ini membentuk gerakan soekarno muda.Keesokan harinya pada tanggal 20 agustus 1945, soekarno muda tersebut menghadap kepada sri paduka datu luwu andi djemma yang merupakan kepala pemerintahan kab. Luwu. Pertemuan tersebut memutuskan untuk  mengirimkan sanusi dg. Matta dan andi makkulau sebagai delegasi ke makassar menghadap doctor ratulangi selaku gubernur sulawesi. Sekembalinya dari makassar, keduanya membawa kepastian berita bahwa proklamasi kemerdekaan ri telah di proklamasikan oleh bung karno dan bung hatta pada tanggal 17 agustus 1945.
Setelah mendengar berita tersebut, para pemuda luwu melaksanakan keaktifannya untuk mendorong masyarakat dalam  membentuk badan-badan perjuangan di tingkat palopo, distrik desa dan bahkan sampai ke tingkat kampung, yang bertekad dan memiiki tujuan sama yaitu merdeka atau mati.
Pada bulan oktober 1945, tentara sekutu yang ditugaskan untuk mengamankan perang di indonesia, telah memasuki kota palopo dibawah pimpinan mayor right. Semula kedatangan tentara sekutu di kota palopo diterima baik, akan tetapi dalam aksinya ternyata melakukan adu domba, untuk memecah belah persatuan dan kesatuan rakyat luwu, bahkan memaksa datu luwu andi djemma menurunkan bendera merah putih dan menggantikannya dengan bendera belanda.
Datu menjawab bahwa “kalau saya menurunkan bendera merah putih, maka saya akan dibunuh oleh rakyat saya. Tapi kalau saya tidak menurunkan bendera merah putih, maka saya akan dibunuh oleh tentara belanda, oleh sebab itu, lebih baik saya dibunuh oleh tentara belanda, dari pada saya dibunuh oleh rakyat saya sendiri “.
Sebagaimana halnya andi nyiwi di malili, yang menentang pasukan sekutu yang diboncengi pasukan nica, di wilayah lain juga bermunculan pemimpin seperti andi muh. Kasim sebagai sulawetang ngapa di kolaka. Pada tanggal 19 november 1945, pasukan tentara nica dipimpin letnan boom datang dari jurusan kendari, disambut dengan gempuran pasukan  pemuda kolaka, yang akhirnya dapat menawan letnan boom. Setelah melakukan perundingan maka pemimpin pasukan nica tersebut dilepaskan kembali.
Dari kota palopo, pasukan nica melancarkan aksinya ke luar wilayah kota, seperti mengadakan pelatihan di bajo. Akan tetapi mendapat perlawanan dari pihak andi sultani opu dg. Mangerang. Pasukan nica tidak tinggal diam, mereka melancarkan serangan balasan, merobek-robek al-qur’an dan mengotori mesjid jami di bua. Peristiwa ini menjadi rangkaian pemicu meletusnya perlawanan semesta rakyat luwu 23 januari 1946, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perlawanan mempertahankan proklamasi 17 agustus 1945.
Sebelum peristiwa 23 januari 1946 atau tepatnya pada tanggal 21 januari 1946, para pemuda pejuang luwu berkumpul dan mengadakan musyawarah. tepat pukul 03.33 dini hari, dicapai satu kebulatan tekad, yakni mengeluarkan peringatan keras pada nica/knil termasuk pasukan australia, yang dinyatakan dalam sebuah ultimatum yang berbunyi :
Ultimatum
Apabila dalam tempo 2 x 24 jam, tentara belanda nica/knil dan tentara australia masih saja berkeliaran di luar, serta melakukan intimidasi dan provokasi pada rakyat luwu, maka pemerintah ri (luwu), pemuda republik indonesia atau pri, dan umat islam indonesia tidak dapat mempertanggungjawabkan tentang keamanan dan ketertiban masyarakat.
Karena ultimatum itu tidak diindahkan oleh pasukan nica/knil dan australia, maka pemimpin pri luwu, menginstruksikan kepada seluruh pasukan bersenjata pri luwu, untuk segera menuju kota palopo. Susunan komando pertempuran tersebut adalah :
1. Muh. Yusuf, selaku komando pertempuran ;
2. Andi ahmad selaku wakil komandan komando pertempuran;
3. Andi tenriadjeng; selaku panglima seluruh pasukan pri luwu;
dalam mengatur strategi, pasukan andi tenriadjeng dibantu oleh sejumlah mantan kaigun aiho, regikun dan lain-lain dengan posisi-posisi sebagai berikut :
1. Polisi istimewa, ditempatkan disekitar istana datu luwu;
2. Pasukan pri luwu dari lasusua (kolaka). Ditempatkan disekitar pasanggrahan, dipimpin oleh badawih;
3. Pasukan pkr asal bua, ditempatkan di dekat penjara;
4. Pasukan pelajar dipimpin andi baso rahim, ditempatkan sekitar bioskop palopo;
5. Tiga kelompok pasukan yakni andi baso lanrang, andi asi dan petta gawena baso, yang khusus ditugasi untuk menangkap hidup atau mati atas tiga kapten knil
6. Pasukan pri luwu cabang tanah toraja , dipimpin bersama oleh balendeng dan a.y.k andi lolo; dalam pertempuran, akhirnya pasukan knil dapat dipukul mundur sehingga tinggal bertahan di tempat masing-masing.
Adapun perlawanan terakhir pemuda luwu dikenal dengan nama masamba affair, yang diprakarsai andi baso rahim, salewi daud, hasan la kullu, dan lain-lain. Perlawanan ini memberi andil besar bagi kemerdekaan republik indonesia bagian timur, karena pada masa konferensi meja bundar di deen haag, belanda hanya mengakui kemerdekaan indonesia bagian barat saja. Dengan adanya masamba affair, indonesia bagian timur turut diakui kedaulatannya bersama dengan indonesia bagian barat.
Demikian secara singkat sinopsis perlawanan semesta rakyat luwu pada tanggal, 23 januari 1946. Sinopsis ini memberikan gambaran pengetahuan kepada kita selaku anak cucu sawerigading datu luwu, untuk memahami adanya kejayaan kerajaan luwu seperti kerajaan-kerajaan lainnya pada masa yang lampau, masa dimana negara kesatuan republik indonesia belum berdiri. (*)

Lainnya

BPBD Gelar Sosialisasi dan FGD IKD untuk Turunkan Indeks Risiko Bencana Lutim

22 November 2024 - 21:57 WIB

Lautan Manusia di Kampanye Budiman – Akbar, Bukti Masyarakat Inginkan Keberlanjutan

22 November 2024 - 20:50 WIB

CLM Bangun Jogging Track di RTH

21 November 2024 - 23:54 WIB

Beri Ojek Gratis untuk Masyarakat, Komunitas Ojek Sahabat Kebaikan Doakan Budiman-Akbar ‘Oppo’

21 November 2024 - 19:42 WIB

Pemdes Lewonu Salurkan Bantuan Penanganan dan Pencegahan Stunting

21 November 2024 - 19:23 WIB

Trending KABAR PEMDA