LUWU TIMUR,Timuronline – Matinya ribuan ekor babi di Kabupaten Luwu Timur beberapa hari terakhir akibat serangan virus African Swine Fever (ASF) membuat Pemkab Luwu Timur mengambil langkah cepat untuk menangani virus ini agar tidak meluas yang berakibat fatal pada kematian ternak babi secara massif.
Pasalnya, tingkat kematian babi di Lutim mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam dua hari terakhir ini.
Data yang dilansir oleh beberapa kecamatan misalnya, menunjukkan angka kematian babi di wilayah tersebut cukup tinggi. Sebagai contoh, Kecamatan Tomoni Timur data 12 Mei 2023 jumlah Babi yang mati sebanyak 8.081 ekor dari jumlah populasi babi sebanyak 12.054 ekor, kondisi yang sama juga terjadi di Kecamatan Kalaena dengan jumlah kematian 17 ekor (data 12/05/2023), demikian juga di kecamatan Mangkutana, dari populasi Babi sebanyak 3.709 ekor , yang mati mencapai 1.558 ekor.
Angka kematian ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan makin luasnya cakupan virus ASF ini yang hampir merata di seluruh wilayah Lutim.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Luwu Timur, Bidang Peternakan terus mengupdate data setiap hari terkait kondisi terakhir jumlah Babi yang mati untuk dilaporkan ke tingkat provinsi maupun kementerian guna mendapatkan respon untuk penanganan termasuk pengadaan disinfektan.
Data yang di-update oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan melalui Bidang Peternakan, tanggal 13 Mei 2023, menyebutkan bahwa, jumlah ternak babi yang mati di Luwu Timur sebanyak 14.756 dari total populasi Babi sebanyak 32.072 ekor.
Dikutip dari buku saku African Swine Fever, yang diterbitkan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Tahun 2020, ASF atau African Swine Fever adalah Penyakit yang disebabkan oleh virus (Genus Asfivirus, Family : Asfarviridae).
Virus ini menyerang ternak babi dan babi liar semua umur yang menyebabkan babi sakit dengan tingkat fatalitas 100%. Virus ASF Bukan zoonosis namun bisa menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar karena belum ada vaksin dan obat untuk ASF.
Untuk Daya tahan, virus ASF dalam beberapa material tanpa perlakuan apapun antara lain ; Urin sampai dengan 15 hari, Feses sampai dengan 160 hari, Daging babi olahan yang disimpan pada suhu ruang, sampai dengan 105 – 300 hari, dan daging babi beku sampai dengan 1000 hari.
Kepala Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Luwu Timur, melalui drh. I Gusti Ngurah mengatakan bahwa, awal masuknya virus ASF di Luwu Timur terjadi sejak awal bulan April 2023 lalu melalui daging babi yang dikirim dari luar Luwu Timur kemudian menyebar ke seluruh kecamatan yang mengakibatkan banyak babi yang mati.
“Terkait virus ASF ini, satu yang harus kita garis bawahi adalah bahwa virus ini tidak terjadi penularan ke manusia karena virus ASF tidak bersifat zoonosis melainkan target utamanya cuma di hewan babi bukan hewan lainnya. Jadi penularan ke hewan lain seperti sapi, kambing dan lainnya tidak terjadi juga,” terang drh. I Gusti Ngurah, Sabtu (13/05/2023).
Gusti Ngurah menambahkan, memang di Luwu Timur beberapa penyakit hewan sudah masuk seperti PMK yang menyerang sapi, tapi sudah bisa di tangani, virus jembrana yang menyerang sapi bali sudah dilakukan vaksinasi juga.
“Semoga virus ASF ini tidak dikaitan dengan dua virus di atas karena memang beda cara penularannya,” imbuhnya.
Sementara itu, Jajaran Pemkab Luwu Timur terus berkolaborasi baik Dinas Pertanian dan Dinas PUPR terus melakukan koordinasi dengan seluruh Camat mengenai kondisi pasca kematian babi di wilayah masing-masing untuk segera melakukan penanganan terutama mengubur babi-babi yang sudah mati dengan menggunakan excavator milik Dinas PUPR dibantu PDAM di lokasi penguburan massal yang sudah disiapkan masing-masing kecamatan. (kominfo-sp)