PALOPO,Timuronline – Teluk Bone menyimpan kenangan sejarah, budaya dan mitologis tentang kelautan yang tak terpermanaikan. Mulai dari sebutan “Negeri Panrita Lopi” (pembuat perahu yang handal), sampai wiracarita tentang pelabuhan transit dan tujuan kapal dagang Majapahit untuk hasil bumi dan mineral seperti yang dituliskan para Empu dan para peneliti. Dikisahkan pula dalam Sureq Galigo sebagai tempat asal pelayaran Sawerigading menuju negeri Cina. Fakta kebesaran Kesultanan Buton, Kerajaan Bone dan Wajo pun menjadi bagian dari masa silam Kawasan Teluk Bone yang mengagumkan. Di masa kini, Teluk Bone dengan segala potensinya, diharap akan menggeliat sebagai salah satu pusat ekonomi di jantung nusantara.
Demikian sepenggal presentasi yang diberikan Budayawan Luwu Timur, Andi Yayath Pangerang saat menghadiri Dialog Pengembangan Kawasan Teluk BOne yang digelar LangkanaE Kedatuan Luwu, di Istana LangkanaE Kedatuan Luwu Kota Palopo, Sulawesi Selatan, Sabtu (12/05/18).
Dia mnguraikan, jumlah luasan wilayah 9 Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan yang masuk dalam Kawasan Teluk Bone berjumlah kl. 37.238,77 Km2, dengan panjang garis pantai 1.361 Km. Sedangkan luas wilayah 9 Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara yang tercakup dalam kawasan ini, adalah sejumlah kl. 13.601,37 Km2, dengan panjang garis pantai 1.043 Km. Dengan demikian, maka secara keseluruhan bibir pantai yang menjadi waterfront Kawasan Teluk Bone mencapai panjang 2.405 Km.
” Pengembangan Teluk Bone adalah harapan masa depan masyarakat di Kawasan ini. Selama ini, mungkin karena letak geografisnya bertolak belakang dengan posisi ibukota dua provinsi Sulsel dan Sultra, sehingga Teluk Bone dianggap seperti “halaman belakang” yang selalu luput dari perhatian pemerintah provinsi. Mudah-mudahanan kedepan tidak seperti itu lagi,” Harapnya.
Lebih jauh dia menjelaskan terkait kerjasama kawasan Teluk Bone yakni Pada bulan September tahun 2000, empat pemerintah provinsi di Pulau Sulawesi, yaitu Sulut, Sulteng, Sulsel dan Sultra (catatan: saat ini enam pemprov termasuk Gorontalo dan Sulbar), telah menyatakan membentuk Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS) untuk mendorong kerjasama antar daerah di seluruh Sulawesi.
Tercatat pula, bahwa awal mula adanya pengkajian pengelolaan kolaboratif kawasan Teluk Bone secara bersama, diinisiasi oleh oleh SCent dan Universitas Hasanuddin pada tahun 2003-2005, dengan sumber biaya Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan 7 kabupaten di Sulawesi Selatan, yang selanjutnya diserahkan ke Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dan Direktorat Bina Bangda Kemendagri pada tahun 2006.
Untuk Lebih Jelasnya, Ini presentasi lengkap Budayawan Luwu Timur, Andi Yayath Pangerang : (Redaksi)
PRESENTASI ISTANA DATU LUWU – SABTU – 12 MEI 2018