“Kalau PT Vale makin efisien, keuntungan makin besar, makin banyak merekrut tenaga kerja dari penduduk setempat. Kemudian dari situ juga nanti akan ada pajak-pajaknya, entah income taxnya, kemudian pajak dari gaji dan sebagainya. Jadi nanti akan ada saatnya negara itu memetik pajak dari situ setelah dia tumbuh dengan baik. Oleh karena itu filosofi pengenalan pohon sangat pas, ditanam, dirawat, PT Vale menjadi besar, nanti dari situ menyumbangkan ke negara sebagai darma baktinya, kontribusi yang nyata, baik pajak dan sebagainya,” paparnya.
Tim Leader Revegetation PT Vale, Harun Tandioga menjelaskan, PT Vale mengintegrasikan kegiatan penambangan dan rehabilitasi lahan pascatambang. Hadirnya nursery tidak saja dimanfaatkan oleh PT Vale, tapi juga oleh masyarakat. Makanya, bibit yang dikembangkan ini diberikan ke masyarakat yang ingin melakukan penamaman pohon.
“Kami membangun fasilitas pembibitan modern yang mendukung kegiatan rehabilitasi, juga melakukan konservasi terhadap tanaman endemik, seperti kayu eboni. Di nursery ada banyak jenis tanaman tidak saja pohon, tapi juga aneka bibit bunga dan bisa diambil secara gratis oleh masyarakat. Ada juga rusa yang bisa dijumpai di nursery,” jelasnya.
Pada kesempatan itu juga, Kakanwil Bea Cukai Sulbagsel Noegroho Wahyu Widodo menikmati keindahan Danau Matano yang terawat dengan baik, meski berdampingan dengan aktivitas tambang milik PT Vale.
Kehadiran manajemen Kanwil Bea Cukai Sulbagsel untuk mengunjungi pengguna jasa, yakni PT Vale. Tujuannya, untuk bersinergi bersama sehingga kedepannya PT Vale dapat dengan mudah melakukan pengurusan terkait kebeacukaian.
Hadir juga pada kunjungan manajemen Bea Cukai Sulbagsel, yakni Direktur External Relation PT Vale, Endra Kusuma, Senior Manager Operational Procurement Supply Chain Manajemen (SCM) PT Vale, Mulawarman Arfah, Manager Shipping and Traffic SCM PT Vale, Yusuf Widarto, serta Senior Manager Material Management SCM, PT Vale, Achmadi Sumadi Rais. (*)