JAKARTA,Timuronline – Terhitung mulai 1 April 2018, semua permohonan International Standard Book Number (ISBN) buku yang akan dicetak dan diterbitkan dilayani secara daring (online). Pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) tidak akan melayani lagi penerbit yang mengajukan permohonan ISBN secara manual dengan mendatangi langsung Perpusnas RI.
Kepala Perpusatakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, ketika membuka Temu Wicara Penerbit di Gedung Perpusnas RI Jakarta, Jumat (09/03/18) mengatakan, kegiatan temu wicara ini dimaksudkan sebagai sosialisasi menghadapi program Perpusnas ke depan.
” Ini penting disampaikan, karena perpustakaan tanpa penulis buku akan jadi gedung mati,’’ ujar Syarif Bando yang kelahiran Sulawesi Selatan dihadapan puluhan penerbit dari beberapa kota besar di Jawa dan seorang peserta (yang secara kebetulan ada di Jakarta ) dari Kota Makassar.
Syarif melanjutkan, budaya baca kita sebenarnya tinggi, namun tidak ada buku. Pada tahun 2019, lembaga yang dipimpinnya akan meningkat statusnya menjadi dinas dan menjadi salah satu prioritas nasional.
Anggarannya pun naik menjadi Rp 1 triliun dan sekitar Rp 300 miliar akan dialokasikan untuk pengembangan dan pengadaan buku di daerah-daerah.
” Perpusnas merupakan mitra penerbit”, kunci Syarif Bando.
Dalam temu wicara itu terungkap, pada tahun 2017 tercatat 29.975 judul tercetak. Sementara jumlah penerbit di Indonesia mencapai 16.086 namun yang teregistrasi 6.026 penerbit atau 37%. Perpustakaan nasional selain melayani permintaan ISBN untuk edisi cetak, juga melayani edisi elektronik (e-book). (mda/red).