SULSEL,Timuronline – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memprediksi terdapat sekitar 100 kabupaten/kota di Indonesia masuk karegori ‘’stunting’’, yakni terdapatnya pertumbuhan fisik penduduk hanya berkisar 70 cm. ‘’Stunting’’ adalah kasus pertumbuhan anak yang terganggu, karena kurang asupan gizi yang dibutuhkan tubuh yang biasanya dipantau pada anak-anak masih dalam kandungan dan pada usia di bawah lima tahun.
” Untuk mencegah terjadinya “stunting” ini diperlukan adanya penanganan masa 1000 hari pertama kehidupan,” kata Pelaksana Tugas Kepala BKKBN Pusat dr.Sigit Trihutomo dalam dialog di TVRI Sulsel, Selasa (20/2) sore.
Berdasarkan data, tercatat 7,6 juta anak Indonesia menderita “stunting”. Jumlah itu berarti ada 37 persen anak Indonesia yang masih membutuhkan perhatian lebih, karena mereka tidak tumbuh dengan baik.
Sigit Trihutomo mengatakan, dari 100 kabupaten/kota nantinya akan dipilih 10 desa tiap kabupaten/kota yang akan ditangani dalam mengatasi “stunting” tersebut. Upaya yang dilakukan dengan dua program, yakni program spesifik yang mencakup pembinaan ibu hamil/ balita dan program sensitif dalam bentuk melaksanakan program menyediakan sumber air minum, perilaku hidup sehat, guna mencegah adanya masyarakat membuang kotoran di area terbuka.
Plt Kepala BKKBN juga mengatakan, pada tahun 2035 Indonesia akan menghadapi bonus demografi, saat Indonesia akan memiliki 70% usia produktif (15-65 tahun). Jumlah penduduk produktif itu akan menjadi beban negara jika tidak berkualitas.
Khusus mengenai Kampung KB yang dicanangkan Presiden Joko Widodo tahun 2016 di Cirebon, hingga saat ini sudah tercapai sekitar 94%. Sebenarnya target ini sudah terpenuhi, karena ada kecamatan yang memiliki 2 sampai 3 Kampung KB.
” Kampung KB sebenarnya wadah keterintegrasian keterlibatan seluruh ‘stakeholder’,” ujar Sigit Trihutomo dalam acara ‘talkshow’ yang juga dihadiri Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Rini Riatika Djohari dan staf. (Mda/Red/TO)