- Laporan : Mda
- Editor : Rifal
Foto : Hasni (kiri) dan Sri Wahyuni (kanan) dua wakil Luwu Timur setelah menerima hadiah sepeda pada peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXV Tingkat Sulsel di Makassar, 6 Agustus ,2018.
MAKASSAR, Timuronline – Ketika menghadiri peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXVdi Manado, minggu pertama Juli 2018, Sri Wahyuni, berharap memperoleh sepeda dari “door prize” dalam undian yang dilaksanakan di ajang peringatan nasional itu. Tetapi apa hendak dikata, lulusan Jurusan Teknik Sipil Unhas 2005 yang ibu kader Bina Keluarga Balita (BKB) Desa Madani Sorowako Luwu Timur ini, hanya berharap dan bermimpi.
Tetapi kekecewaan Uni, panggilan ibu empat anak ini, pupus ketika menghadiri peringatan Harganas XXV Provinsi Sulsel pada tanggal 6 Agustus 2018 di Lapangan Upacara Pakui Sayang Kompleks PU Makassar.
Hari itu, pejabat Gubernur Sulsel Soni Sumarsono naik memberi sambutan. Sebelum berpidato, Dirjen Otonomi Daerah ini terlebih dahulu memberi kuis. Beberapa karyawan BKKBN yang pegawai negeri sipil dipanggil ke
panggung untuk uji kemampuan menjawab pertanyaan sang Gubernur. Pertanyaan pertama, beberapa perempuan yang naik ke pentas diminta menyebut tiga presiden secara berurut. Ternyata semua perempuan
yang dipanggil naik gagal menjawab dengan benar.
Pertanyaan diubah. Soni Sumarsono meminta perempuan yang baru naik menjawab nama tiga Gubernur Sulsel selain Soni. Dua peserta gagal menjawab dengan benar. Giliran yang ditanya Sri Wahyuni diminta menyebut
lima nama Gubernur Sulsel selain Soni Sumarsono.
Uni menjawab ” A.Rivai, A.Lamo, Prof.Amiruddin, Basri Palaguna, dan Syahrul Yasin Limpo,” Uni pun dapat hadiah sepeda. Masih ada satu peserta lagi, Hasni, juga Ibu Bina Keluarga Balita (BKB) Kabupaten Luwu Timur. Dia ditanya oleh yang mewakili BKKBN Pusat, nama-nama alat kontrasepsi. Dia menjawab beberapa dan satu unit sepeda pun melayang ke tangannya.
Uni, yang menjadi Ibu BKB di Desa Madani di Sorowako Luwu Timur, sebenarnya termasuk salah seorang insinyur fi PT Vale. Namun, karena suaminya juga di perusahaan nikel terbesar di Indonesia itu, tidak ada pilihan
lain, Uni harus “resign” (mengundurkan diri) pada tahun 2012. Mulai saat itulah dia mencari kesibukan dengan menjadi jadi salah seorang kader BKB Desa Madani. Pilihannya itu bertepatan dengan kelahiran anaknya yang
ketiga.
Kini jumlah kader BKB terus bertambah, Semula 7 orang, jadi 11 hingga 17 orang. Dari segi sumber daya, perempuan-perempuan di Desa Madani cukup memadai. Mereka ada yang sarjana teknik, sarjana computer,
dan lain-lain.
” Ibu-ibu itu sebenarnya tahu Program KB itu hanya sebatas alat kontrasepsi. Padahal, Program KB itu terkait bertumbuh kembangnya anak, termasuk bagaimana pola asuhnya,’’ ujar Uni.
Capaian jumlah kader BKB yang terus bertambah ini berkat sosialisasi yang dilakukan dari waktu ke waktu. Mereka, para ibu itu, kemudian tahu kalau BKB itu merupakan wadah membina pertumbuhan balita.
” Mereka hanya belum tahu saja mengenai program BKB tersebut,’’ kunci Uni, sembari memegang sepeda yang baru diperolehnya. (Redaksi).