Menu

Mode Gelap
Hadiri Perayaan Syukur Peresmian Gereja, Ini Pesan Wakil Bupati Luwu Timur Pemkab dan DPRD Lutim Studi Tiru ke Bogor Belajar Perda KLA Samakan Persepsi dan Sinkronisasi, DPK Lutim Gelar Rapat Simulasi Pengisian Pengawasan Kearsipan Melihat Peluang Timnas Indonesia Menju Babak 8 Besar Piala Asia 2024 : Hanya Butuh Hasil Seri Klasemen Sementara Piala Asia U-23 Tahun 2024 Kalahkan Australia, Timnas Indonesia U-23 Jaga Asa Lolos Fase Group Piala Asia

SULSEL · 1 Jun 2018 12:55 WITA · Waktu Baca

Terjadi Kompetisi Tak Sehat di Industri


					Terjadi Kompetisi Tak Sehat di Industri Perbesar

Laporan : Mda / TO

MAKASSAR,Timuronline – Semakin banyaknya barang impor masuk ke Indonesia telah berdampak terhadap terjadinya kompetisi tidak sehat di sektor industri. Salah satu contohnya, ada produk impor yang tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang menjadi rujukan baku bagi setiap produk nasional.

Managing Director PT Sermani Steel Rudy S.Syamsuddin dalam perbincangan dengan timuronline di Makassar, Kamis (31/05/18) mengatakan, masuknya produk impor yang tidak memenuhi standar, juga menawarkan harga murah. Akibatnya, produk dalam negeri yang selama ini tetap ‘patuh’ pada standar kerap mengalami masalah.

” Banyak barang masuk (impor) yang tidak terawasi yang harganya murah karena tidak mengikuti standar,’’ ujar Rudy S.Syamsuddin.

Pria 55 tahun itu menegaskan, jika standar produk besi baja dengan ketebalan 0,2 mm dan tiba-tiba ada produk impor yang memiliki ketebalan hanyak 0,17-0,18 mm sudah memiliki penyimpangan. Produk seperti ini tidak saja berpengaruh pada persaingan harga, tetapi juga pada masalah kualitas yang berpotensi pada kemampuan daya tahan produk tersebut.

Dia menekankan perlu adanya informasi dan edukasi kepada masyarakat sebagai konsumen akan pentingnya pemanfaatan produk yang standar. Kepada pihak pemerintah pun diharapkan agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap masuknya produk impor di pasar domestik.

Menjawab pertanyaan, Rudy mengatakan, masuknya produk impor nonsatandar dengan harga murah tersebut jelas mematikan produk domestik. Akibatnya, banyak industri kita gulung tikar. Dia memberikan contoh, sejumlah industri di Kawasan Industri Makassar (KIMA) ada beberapa yang tidak beroperasi. Industri-industri kita
tidak lagi inovatif dan menghasilkan produksi yang lebih baik. Bahkan ada industri yang tidak berproduksi tinggal stempel nama pada produk pabrik lain.

Tidak adanya industri baru di Sulawesi Selatan karena tidak bisa berkembang dan kalah bersaing dengan produk impor yang terus membanjiri Indonesia dengan harga murah. Rudy menyebutkan, sulitnya industri di Sulawesi Selatan antara lain, “Serangan” industri dari Pulau Jawa, keterbatasan infrastruktur, masalah transportasi, dan sumber daya manusia. Industri yang ada pun sulit mencapai produk yang ‘’high quality’’. Ini salah satu penyebab industri di Sulawesi Selatan tidak berani melakukan ekspansi, karena biayanya tinggi.

Padahal, menurut Rudy, dengan produk yang memenuhi standar kualitas tinggi dapat diekspor ke negara lain. Contohnya, produksi beras kita yang berlimpah dapat diekspor ke Singapura, tetapi harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan negara tujuan. (Redaksi).

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Buka Puasa Bersama KKLT Lutim, Wakil Bupati Sebut Kontribusi PT Vale Besar Dalam Pengembangan SDM

9 April 2024 - 18:34 WITA

Vale Indonesia

Pj Gubernur Sulsel Apresiasi PT Vale atas Dukungan Gerakan Sedekah Bibit dan Penghijauan

29 Maret 2024 - 20:13 WITA

Vale Indonesia

Bagikan Bingkisan ke 500 Anak Yatim dan 100 Panti Asuhan, PT Vale Dukung Program Amaliah Ramadan

19 Maret 2024 - 19:52 WITA

Vale Indonesia

Cegah Narkoba di Lingkungan Karyawan, PT Vale Teken MoU dengan BNN Sulawesi Selatan

9 Maret 2024 - 20:40 WITA

Vale Indonesia

Dukung Pengembangan Sepakbola, Vale Indonesia Jadi Sponsorship PSM Makassar

6 Januari 2024 - 10:12 WITA

Vale Indonesia
Trending di SPORT