Menu

Mode Gelap
Peduli Masyarakat Kecil, Pengusaha di Tomoni Siap All Out Menangkan Budiman-Akbar Relawan Pamona Sintuwu Raya Satukan Simpul Menangkan Budiman – Akbar Kawasan Industri Malili, Kado Istimewa Budiman-Akbar di Akhir Masa Periode Pertama: Wujud Nyata Kemajuan Luwu Timur yang Harus Dilanjutkan Hingga 2029 Legislator PDIP : Paslon Budiman – Akbar Sudah Terbukti Pastikan Pelayanan Berjalan Baik, Pjs. Bupati Luwu Timur Kunjungi PA Malili Momentum Hari Santri, Jayadi Nas Serahkan 3,6 Miliar Bantuan ke Sejumlah Masjid

SULSEL

Terjadi Kompetisi Tak Sehat di Industri

badge-check

Laporan : Mda / TO

MAKASSAR,Timuronline – Semakin banyaknya barang impor masuk ke Indonesia telah berdampak terhadap terjadinya kompetisi tidak sehat di sektor industri. Salah satu contohnya, ada produk impor yang tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang menjadi rujukan baku bagi setiap produk nasional.

Managing Director PT Sermani Steel Rudy S.Syamsuddin dalam perbincangan dengan timuronline di Makassar, Kamis (31/05/18) mengatakan, masuknya produk impor yang tidak memenuhi standar, juga menawarkan harga murah. Akibatnya, produk dalam negeri yang selama ini tetap ‘patuh’ pada standar kerap mengalami masalah.

” Banyak barang masuk (impor) yang tidak terawasi yang harganya murah karena tidak mengikuti standar,’’ ujar Rudy S.Syamsuddin.

Pria 55 tahun itu menegaskan, jika standar produk besi baja dengan ketebalan 0,2 mm dan tiba-tiba ada produk impor yang memiliki ketebalan hanyak 0,17-0,18 mm sudah memiliki penyimpangan. Produk seperti ini tidak saja berpengaruh pada persaingan harga, tetapi juga pada masalah kualitas yang berpotensi pada kemampuan daya tahan produk tersebut.

Dia menekankan perlu adanya informasi dan edukasi kepada masyarakat sebagai konsumen akan pentingnya pemanfaatan produk yang standar. Kepada pihak pemerintah pun diharapkan agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap masuknya produk impor di pasar domestik.

Menjawab pertanyaan, Rudy mengatakan, masuknya produk impor nonsatandar dengan harga murah tersebut jelas mematikan produk domestik. Akibatnya, banyak industri kita gulung tikar. Dia memberikan contoh, sejumlah industri di Kawasan Industri Makassar (KIMA) ada beberapa yang tidak beroperasi. Industri-industri kita
tidak lagi inovatif dan menghasilkan produksi yang lebih baik. Bahkan ada industri yang tidak berproduksi tinggal stempel nama pada produk pabrik lain.

Tidak adanya industri baru di Sulawesi Selatan karena tidak bisa berkembang dan kalah bersaing dengan produk impor yang terus membanjiri Indonesia dengan harga murah. Rudy menyebutkan, sulitnya industri di Sulawesi Selatan antara lain, “Serangan” industri dari Pulau Jawa, keterbatasan infrastruktur, masalah transportasi, dan sumber daya manusia. Industri yang ada pun sulit mencapai produk yang ‘’high quality’’. Ini salah satu penyebab industri di Sulawesi Selatan tidak berani melakukan ekspansi, karena biayanya tinggi.

Padahal, menurut Rudy, dengan produk yang memenuhi standar kualitas tinggi dapat diekspor ke negara lain. Contohnya, produksi beras kita yang berlimpah dapat diekspor ke Singapura, tetapi harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan negara tujuan. (Redaksi).

Lainnya

11 Peserta MTQ Lutim Lolos Final, Bupati Budiman Beri Semangat Langsung di Takalar

7 Mei 2024 - 22:16 WIB

MTQ Takalar

Buka Puasa Bersama KKLT Lutim, Wakil Bupati Sebut Kontribusi PT Vale Besar Dalam Pengembangan SDM

9 April 2024 - 18:34 WIB

Vale Indonesia

Pj Gubernur Sulsel Apresiasi PT Vale atas Dukungan Gerakan Sedekah Bibit dan Penghijauan

29 Maret 2024 - 20:13 WIB

Vale Indonesia

Bagikan Bingkisan ke 500 Anak Yatim dan 100 Panti Asuhan, PT Vale Dukung Program Amaliah Ramadan

19 Maret 2024 - 19:52 WIB

Vale Indonesia

Cegah Narkoba di Lingkungan Karyawan, PT Vale Teken MoU dengan BNN Sulawesi Selatan

9 Maret 2024 - 20:40 WIB

Vale Indonesia
Trending SULSEL