REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA — Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan kredit bermasalah (NPL) perbankan di Bali tahun 2017 mencapai 3,42 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang mencapai 2,59 persen.
Kepala OJK Regional Bali dan Nusa Tenggara Hizbullah dalam pertemuan tahunan industri jasa keuangan di Nusa Dua, Badung, Jumat (9/2), mengatakan kredit bermasalah di Pulau Dewata juga lebih tinggi dibandingkan NTB dan NTT. Rasio NPL perbankan di Provinsi NTB hanya sebesar 1,62 persen dan di NTT sebesar 2,18 persen, menurun dibandingkan tahun 2016 dan berada di bawah rasio NPL nasional
Hizbullah menjelaskan kredit bermasalah perbankan di Bali tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 mencapai 2,42 persen. Meski pencapaian NPL di Bali meningkat, namun Hizbullah mengatakan masih dalam batas wajar karena belum melebihi batas yakni lima persen.
Dia mengatakan peningkatan NPL tersebut tidak terlepas dari dampak peristiwa alam erupsi Gunung Agung akhir tahun 2017 yang menjadi salah satu pendorong kenaikan kredit bermasalah. OJK sebelumnya telah mengeluarkan kebijakan yang menetapkan Kabupaten Karangasem mendapatkan perlakuan khusus terhadap kredit bank setelah dilakukan kajian terhadap dampak erupsi Gunung Agung.
Kebijakan kelonggaran itu salah satunya terkait kualitas kredit yang direstrukturisasi bagi bank umum dan BPR yang direstrukturisasi akibat bencana alam ditetapkan lancar sejak restrukturisasi sampai dengan jangka waktu sesuai Keputusan Dewan Komisioner. Restrukturisasi kredit tersebut dapat dilakukan terhadap kredit yang disalurkan baik sebelum atau sesudah terjadinya bencana.
Sementara itu meski kinerja NPL di Bali tidak begitu baik, namun OJK mencatat secara umum perekonomian di Bali bertumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan kondisi perekonomian nasional. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali tahun 2017 mencapai 5,59 persen bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 5,07 persen.
Sektor jasa keuangan yang terdiri dari industri perbankan baik bank umum maupun BPR, industri keuangan nonbank dan pasar modal turut berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Bali. Di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, sektor perbankan masih memiliki peran terbesar dalam sektor jasa keuangan selama tahun 2017.
Sektor ini tumbuh signifikan dengan berbagai indikator kinerja yang terus membaik di antaranya nilai total aset meningkat sebesar Rp17,82 triliun atau tumbuh 9,89 persen dibandingkan periode sama tahun lalu menjadi Rp197,98 triliun pada bulan Desember 2017.
Peningkatan aset perbankan tersebut ditopang oleh peningkatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp146,18 triliun atau tumbuh sebesar 10,51 persen yang tercatat lebih tinggi dari pertumbuhan DPK nasional yang sebesar 9,35 persen.
Begitu juga dengan penyaluran kredit, perbankan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara tahun 2017 sebesar Rp145,7 triliun atau tumbuh sebesar 9,66 persen dan lebih tinggi dari pertumbuhan kredit perbankan nasional yang tercatat sebesar 8,35 persen.
sumber : http://republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/18/02/10/p3wj98383-ojk-kredit-bermasalah-di-bali-melampaui-nasional