Naik 12%, Angka Kepesertaan KB di Sulsel

 

Foto : Drg.Dwiyono, Direktur Bina Kesejahteraan Keluarga Jalur Swasta BKKBN Pusat membuka Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) BKKBN Sulsel di Hotel Clarion Makassar, Rabu (21/03/18). (Foto: MDA).

MAKASSAR,Timuronline – Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 mencatat, angka kepesertaan Keluarga Berencana (KB) di Sulawesi Selatan naik 12%. Lima tahun lalu angka kepesertaan KB verdasarkan SDKI tahun 2017 di Sulsel  tercatat 55,8%   meningkat menjadi 67,8%.

” Sulawesi Selatan dalam lima tahun terakhir ini meraih predikat yang cukup bagus. SDKI menunjukkan angka kesuksesan dari 2,6% turun menjadi 2,39%,’’ ujar Drg.Dwiyono, Direktur Bina Kesejahteraan Keluarga Jalur Swasta BKKBN Pusat atas nama Deputi KB dan Reproduksi dalam sambutannya pada pembukaan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) BKKBN Sulawesi Selatan di Hotel Clarion Makassar, Rabu (21/03/18).

Dwiyono mengatakan, tugas kita adalah menurunkan angka Total Fertility Rate (TFR, angka total pasangan usia subur) menjadi 2,1% pada tahun 2021, tiga tahun ke depan. Masalah yang mendesak dihadapi dalam menciptakan kesejahteraan keluarga adalah perbaikan gizi buruk dan kasus anak stunting dengan melaksanakan program 1000 hari pertama kehidupan.

Dia mengharapkan dalam meningkatkan Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) seluruh petugas penyuluh KB harus bersertifikat. Kegiatan dan program yang dilaksanakan harus terintegrasi dengan program pemerintah daerah, terutama berkaitan dengan arah kebijakan.

Gubernur Sulsel diwakili Asisten, Muhammad Firda mengatakan, program KKBPK di Sulawesi Selatan memperoleh perhatian khusus, karena berkaitan dengan agenda prioritas 3, 5 dan 8 agenda prioritas pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang intinya pembangunan dari daerah pinggiran.

Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Rini Riatika Djohari, melaporkan, Rakorda dua hari ini didahului kegiatan pra Rakerda yang dilaksanakan 20 Maret dan diikuti 237 peserta dari seluruh kabupaten/kota, para mitra kerja, kalangan TNI dan Polri, IPKB Sulsel, dan sejumlah undangan.

Menurut Rini Riatika Djohari, dalam 10 tahun terakhir program  KKBPK  cukup menggembirakan. Pada tahun TFR dari angka 2,6% turun menjadi 2,39%. Namun demikian ada disparitas TFR di Sulsel, misalnya terendah di Bulukumba mencapai 1,9 dan tertinggi 3,01 di Kabupaten Tana Toraja.

‘” Peserta KB baru tercatat 188.760 (88,25%) dari target. Yang menggunakan  Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) berupa Intrauterine Device (IUD, alat KB spiral) dan implan104,8%, dan KB aktif 111,68%,’’ ujar Rini.

Hanya saja, sebut Rini, jumlah drop out (DO, kegagalan) pada tahun 2017 cukup tinggi yang sama besarnya dengan jumlah peserta KB baru.(mda/red).