Berita By Design Untuk Alihkan Opini Publik

MAKASSAR,Timuronline –  Munculnya berita by design (berita yang sengaja dikemas atau diskenariokan) merupakan upaya untuk mengalihkan opini public dari berita yang sebenarnya factual dan sedang digandrungi publik.

“ Misalnya saja, kini muncul kasus Bank Century, bias saja dituding sebagai berita by design karena kasusnya sudah lama (sejak 2008) kok dimunculkan kembali.Pasti ada sesuatu di balik kemunculan kasus itu melalui kemenangan praperadilan tersebut,’’ demikian tokoh pers Sulawesi Selatan M.Dahlan Abubakar, ketika membawakan materi di depan peserta Diklat Jurnalistik Unit Pers dan Penerbitan Mahasiswa (UPPM) Universitas Muslim Indonesia (UMI), Jumat (20/04/08) malam di Benteng Somba Opu Makassar.

Berita by design ini, kata mantan Pemimpin Redaksi Harian Pedoman Rakyat tersebut, tidak mudah secara kasat mata dapat ‘’dikenali’’, kecuali biasanya dalambentuk praduga dan analisis yang dilakukan oleh para pakar komunikasi. Namun sekarang ini, sudah ada teori yang memanfaatkan piranti kebahasaan untuk menganalisis kecenderungan pemberitaan media terhadap suatu kasus dengan model berita-berita seperti itu.

“ Melalui teori itu kita akan dapat mengungkapkan kecenderungan bagaimana media mengemas berita dan apa tujuannya,’’ ujar calon doctor Ilmu Linguistik Unhas tersebut di hadapan sekitar 40 peserta dari berbagai fakultas di universitas terbaik peringkat ke-59 versi Kemristekdikti tahun 2017 tersebut (yang diberitakan timuronline beberapa hari lalu).

Dalam materinya bertajuk “ Teknik Wawancara dan Penulisan Berita”, penyandang uji kompetensi wartawan utama Dewan Pers (nomor kartu 183) tersebut, mengatakan, menjadi wartawan yang baik tidak cukup hanya punya minat, tetapi juga dituntut adanya kemauan.

“ Kemampuan saja tidak cukup, diperlukan adanya kemauan yang keras dari seseorang,” Kakek empat cucu tersebut menambahkan.

Ia menyebutkan, wartawan yang baik memiliki integritas dan menjalankan profesinya dengan penuh tanggungjawab. Dia tidak menyalahgunakan profesinya untuk hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kewartawanannya.

“ Apakah dalam wawancara harus lengkap rumus berita 5W+H?,” salah seorang mahasiswi bernama Alma mengajukan pertanyaan.

Pensiunan dosen Unhas yang kini kembali kehabitatnya sebagai wartawan itu mengemukakan, rumus berita itu harus selalu ada dalam setiap berita yang dibuat oleh seorang jurnalis. Rumus tersebut merupakan akumulasi rasa ingin tahu publik yang harus dijelaskan wartawan dalam pemberitaannya.

“ Sekarang ini pada banyak media online, sering saya membaca berita yang tidak lengkap,” ungkapnya member contoh.

Dalam pelatihan yang berlangsung hingga 22 April 2018 tersebut, penulis buku “ Ramang Macan Bola”  tersebut menyampaikan tips dalam melaksanakan wawancara. Seorang jurnalis harus mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan wawancara. Sebab, wawancara yang dilakukan media cetak dan daring (online) sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh seorang reporter TV dan tampak di layar kaca.Yang di TV, jangankan diminta, tidak diminta saja orang mau masuk TV. Tetapi bagi wartawan media cetak dan media daring, terkadang harus bergulat untuk memperoleh kesempatan mewawancarai seorang narasumber. Apalagi kalau narasumber ituseorang pejabat.

Dia juga menjelaskan trik-trik yang dapat dilakukan guna menyiasati narasumber sibuk seperti itu.Misalnya, cari tahu di mana dan kapan sang pejabat menghadiri suatu acara. Atau tongkrongi di depan kantornya hingga dia pulang. Dari pintu keluar kantornya hingga ke pintu mobilnya, wartawan dapat melakukan wawancara. Tidak perlu harus minta waktu yang notabene birokrasinya panjang. Sebab, public serba cepat ingin tahu suatu berita dan informasi. Apalagi itu berita yang sedang hangat.

“ Tetapi kita dapat menggunakan trik presenter TV dalam melaksanakan wawancara. Misalnya, ‘menyergap’ narasumber dengan pertanyaan-pertanyaan baru dari jawaban yang diberikan.Dengan demikian wartawan tidak akan kehabisan bahan pertanyaan,”kunci wartawan senior yang pernah dua jam  mewawancarai presenter kondang, Najwa Shihab, di Jakarta pada tahun 2016 itu. (Redaksi).